rss
twitter
    Go_Blog Biar Pinter @ DNS Blogger

Senin, 21 Maret 2011

Beberapa Tips Ampuh Buat Para Pegawai/Calon Pegawai

Tips Menghadapi wawancara dalam Bahasa Inggris

 Bos  : 
Nama saudara siapa?
 Edwin: 
Edwin, Pak.
 Bos  : 
Coba ceritakan tentang keluarga saudara.
 Edwin: 
Saya 2 bersaudara, adik saya masih kuliah di Jakarta. Orang tua saya tinggal di Aceh. Kakek dan nenek dari Bapak tinggal di Solo. Kakek dan nenek dari ibu tinggal di Medan. Paman dan Pakde semua tinggal di Bandung.
 Bos  :
Apakah saudara dapat berbahasa Inggris?
 Edwin: 
Yes, sir.
 Bos  : 
Now, tell me about your family in English.
 Edwin: 
Sorry, sir. I don’t have family in English. 




Tips menghadapi Interview Pekerjaan
Suatu hari ada pemuda melamar ke suatu perusahaan.
HRD Manager: 
“Apabila Saudara diterima di perusahaan ini, berapa gaji yang Saudara harapkan?”
Pemuda: 
“Saya ingin gaji dalam US dollar saja, pak. Tidak usah terlalu tinggi, cukup 10.000 USD saja”
HRD Manager:
“Boleh juga, sesuai dengan jabatan yang Saudara lamar. Ehm, bagaimana kalau perusahaan menawarkan lebih banyak: kami sediakan mobil Mercedes lengkap dengan supirnya, rumah di Pondok Indah dengan kolam renang, liburan setiap akhir minggu ke Bali, cuti 12 hari setiap akhir tahun ditambah bonus 12 kali gaji?”
Pemuda:
“Ah, jangan bercanda, pak!”
HRD Manager:
“Lho… kan Saudara duluan yang mengajak bercanda ..



 Tips Buat Bapak2 jika sedang stress di Kantor
 
Ada seorang suami yang di dompetnya terdapat foto istrinya. Teman2nya memuji dia sebagai suami yang ideal.
Salah seorang temannya bertanya apa gunanya membawa foto istri. Dia menjawab: “kalau aku punya persoalan di kantor aku selalu memandang foto tsb, dan persoalan itu hilang”.
“Wah alangkah berbahagianya kamu mempunyai istri seperti itu, bagaimana bisa begitu”? tanya temennya.
Jawabnya: “Ya, kalau saya melihat foto istri saya, semua persoalan apapun di kantor, menjadi tidak ada apa2nya dibandingkan dengan persoalan dengan dia..” 

 
Tips menghadapi DiRut(Direktur Utama) via telepon
 Tono baru dua hari kerja di sebuah perusahaan asing, Tono bermaksud menelpon ke bagian dapur sambil berteriak, ‘Ambilkan gue kopi… cepaaaaat!’

Ternyata jawaban dari balik telepon tidak kalah keras dan marahnya. ‘Hei siapa ini… kamu salah pencet extention? Kamu tahu dengan siapa kamu bicara?’

‘Tidak.. ‘ sahut Tono.

‘Saya direktur utama perusahaan disini. Saya pecat kamu nanti!’ teriak Sang Dirut

dan tak mau kalah teriak si Tono bales nyahut, ‘dan Bapak tahu siapa saya?’

‘Tidak.’ jawab Boss.

‘Syukurlah kalo gitu’ sahut Tono cuek sambil menutup telpon.

Jika menurut Sobat artikel di atas menarik atau bermanfaat, mohon berikan komentar pada kolom bagian bawah postingan ini...!!!

Minggu, 20 Maret 2011

Asal Mula Nama "Indonesia" (Yg ngerasa cinta Indonesia masuk Gan...!!!)

PADA zaman purba, kepulauan tanah air kita disebut dengan aneka nama. Dalam catatan bangsa Tionghoa kawasan kepulauan kita dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Valmiki yang termasyhur itu menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Ravana, sampai ke Suwarnadwipa (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.


Bangsa Arab menyebut tanah air kita Jaza'ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan adalah benzoe, berasal dari bahasa Arab luban jawi (kemenyan Jawa), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatra. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil "Jawa" oleh orang Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. "Samathrah, Sholibis, Sundah, kulluh Jawi (Sumatra, Sulawesi, Sunda, semuanya Jawa)" kata seorang pedagang di Pasar Seng, Mekah.

Lalu tibalah zaman kedatangan orang Eropa ke Asia. Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang itu beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India, dan Cina. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Cina semuanya adalah "Hindia". Semenanjung Asia Selatan mereka sebut "Hindia Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai "Hindia Belakang". Sedangkan tanah air kita memperoleh nama "Kepulauan Hindia" (Indische Archipel, Indian Archipelago, l'Archipel Indien) atau "Hindia Timur" (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). Nama lain yang juga dipakai adalah "Kepulauan Melayu" (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l'Archipel Malais).

Ketika tanah air kita terjajah oleh bangsa Belanda, nama resmi yang digunakan adalah Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur). Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan tanah air kita, yaitu Insulinde, yang artinya juga "Kepulauan Hindia" (bahasa Latin insula berarti pulau). Tetapi rupanya nama Insulinde ini kurang populer. Bagi orang Bandung, Insulinde mungkin cuma dikenal sebagai nama toko buku yang pernah ada di Jalan Otista.

Pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950), yang kita kenal sebagai Dr. Setiabudi (beliau adalah cucu dari adik Multatuli), memopulerkan suatu nama untuk tanah air kita yang tidak mengandung unsur kata "India". Nama itu tiada lain adalah Nusantara, suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya. Setiabudi mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19 lalu diterjemahkan oleh J.L.A. Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920.

Namun perlu dicatat bahwa pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh berbeda dengan pengertian, nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit Nusantara digunakan untuk menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam bahasa Sansekerta artinya luar, seberang) sebagai lawan dari Jawadwipa (Pulau Jawa). Kita tentu pernah mendengar Sumpah Palapa dari Gajah Mada, "Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa" (Jika telah kalah pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat). Oleh Dr. Setiabudi kata nusantara zaman Majapahit yang berkonotasi jahiliyah itu diberi pengertian yang nasionalistis. Dengan mengambil kata Melayu asli antara, maka Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu "nusa di antara dua benua dan dua samudra", sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi nusantara yang modern. Istilah nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat menjadi populer penggunaannya sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda.


NAMA "INDONESIA"
Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), orang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865),
Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis: ... the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians.

Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives (Maladewa). Lagi pula, kata Earl, bukankah bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini? Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.

Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah "Indian Archipelago" terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.

Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan: Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago. Ketika mengusulkan nama "Indonesia" agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama bangsa dan negara yang jumlah penduduknya peringkat keempat terbesar di muka bumi!

Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi. Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke tanah air kita tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah "Indonesia" di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah "Indonesia" itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indie tahun 1918. Padahal Bastian mengambil istilah "Indonesia" itu dari tulisan-tulisan Logan.

Putra ibu pertiwi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika di buang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.

MAKNA POLITIS

Pada dasawarsa 1920-an, nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan tanah air kita, sehingga nama "Indonesia" akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan!

Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging) berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.

Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya, "Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut "Hindia Belanda". Juga tidak "Hindia" saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesier) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya."

Sementara itu, di tanah air Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Lalu pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama "Indonesia". Akhirnya nama "Indonesia" dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa kita pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini kita sebut Sumpah Pemuda.

Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; DPR zaman Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Belanda agar nama "Indonesia" diresmikan sebagai pengganti nama "Nederlandsch-Indie". Tetapi Belanda keras kepala sehingga mosi ini ditolak mentah-mentah.

Maka kehendak Allah SWT pun berlaku. Dengan jatuhnya tanah air kita ke tangan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama "Hindia Belanda" untuk selama-lamanya. Lalu pada tanggal 17 Agustus 1945, atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, lahirlah Republik Indonesia.

Hidup Indonesia .........

Sumber: Pikiran Rakyat, 16 Agustus 2004

Jika menurut Sobat artikel di atas menarik atau bermanfaat, mohon berikan komentar pada kolom bagian bawah postingan ini...!!!

Kamis, 10 Maret 2011

17+ "Guyonan Pengantin Baru" (Yg belum cukup umur g' usah buka, ntar g' mudeng n_n)

Pada suatu senja yang diwarnai oleh hujan yang cukup lebat, tersebutlah sepasang pengantin yang belum lama menikah. Mereka sedang bercengkrama di beranda sambil menikmati pemandangan air hujan yang jatuh dipekarangan rumah mereka, sambil menikmati penganan kecil.
Tiba tiba sang suami korslet urat isengnya.. dan terjadilah dialog berikut:

suami : “ma,.. kita maen tebak-tebakan yuk.. “
istri : “hayo ajah.. sapa takutttt”
suami : “aku punya pertanyaan nich ma.. di dalam perut papi ada apanya..” istri : “alahhhhhh paling juga sayur asem yang tadi siang..”
suami : “salahh bukan itu jawabannya.. dipikir dulu deh..”
istri : “kacang”
suami : “salah”
istri : “uhhhhhhhhhhhhhhhh .. apa sich.. ???”
suami : “dalam perut papi.. ada GAJAH nya…”
istri : “kok bisa”
suami : “yach ndak tahuuuu lha yang pasti sich.. ini belalainya udah nongol… nongol..”
istri : “ahhhh papi nakallllll … sebell kalo gitu doank sich mami juga bisa.. ”
suami : “oh ya.. ? coba apa pertanyaannya”
istri : “sammaa.. di dalam perut mami ada apanyaa?”
suami : “he he he he he he… muach muach muach.. kamu hamil yach ???”
istri : “Salah”
suami : “yachhhhh.. lalu.. mmm ada .. isinya gajah?”
istri : “SALAH”
suami : “Apa donkkkk ??”
istri : “dalam perut mami ada TELPON UMUMNYA”
suami : “Hhhhhhhhhh ???????”
istri : “iyahhh ini tempat masukin koinnya udah keliatan tuch..”
suami : “ooohhhh”

Pada malam harinya…. disaat sudah waktunya untuk menuju ke peraduan, terjadilah dialog singkat sekaligus penutup cerita ini..

suami : “mammiiii” ( dengan nada berbisik )
istri : “apaaaaaa?” (manja lagi jawabnya…)
suami : “mammmmm “
istri : “apaaa.. to the point ajahh..”
suami : “mmmmmmmmmm”
“GAJAH MO NELPON NICH!!!”

sumber
 Jika menurut Sobat artikel di atas menarik atau bermanfaat, mohon berikan komentar pada kolom bagian bawah postingan ini...!!!
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Mengenai Saya

Foto Saya
Blogger amatir yg baru belajar ngeblog, ancur-ancuran....